“Yah boro-boro punya emas perhiasan bu, bisa bawa lebihan dagang ke rumah aja udah sukur. Mana ni si bocah jajan melulu, belom lagi uang sekolahnya, gak bakalan dah saya mah bisa punya yang begituan”, itulah keluh kesah dari seorang ibu yang sekaligus menjadi salah satu pedagang buah di emperan stasiun citayam lebih dari sebulan yang lalu kepada ibu saya.
Dan beberapa hari setelahnya saya melihat di Timeline twitter saya, Pak Roni Yuzirman sedang membahas mengenai konsep Bisnis Sosial atau Social-Entrepreneurship yang diusung oleh Prof. M Yunus, seorang peraih nobel bidang ekonomi yang sukses mengikis kemiskinan melalui Grameen Bank sebuah bank simpan-pinjam khusus orang-orang yang kurang beruntung finansialnya. Konsep ini begitu menarik perhatian saya, konsep dimana sebuah lembaga bisnis yang memang dibentuk sebagai solusi dari masalah social yang ada sekaligus bisa terus membiayai dirinya sendiri sehingga bisa menjadi solusi yang permanen dan bukan sekedar solusi temporer yang selalu bergantung terhadap pihak luar atau donator.
Berarti sosial bisnis ini diawali dengan masalah sosial yang berhasil kita identifikasi terlebih dulu, lalu kemudian kita cari solusinya menggunakan kerangka berpikir seorang entrepreneur yang notabene-nya selalu mencari nilai tambah dari hal-hal yang dilakukan olehnya.
Saya segera teringat oleh cerita ibu saya yang sudah saya ceritakan di awal tulisan. Terlihat bahwa yang masih menjadi masalah di lingkungan tempat saya tinggal adalah kurangnya keterampilan mengatur uang walaupun sudah memiliki penghasilan dan dalam menentukan prioritas pengeluaran. Juga terlihat bahwa di kasus-kasus yang lain banyak tetangga-tetangga saya di rumah (saya tinggal di sebuah kampung yang bernama Kampung Utan Jaya, Citayam-Depok) yang terjerat rentenir dan ketidaktahuan/ketidakterampilan mereka untuk menabung.
Berawal dari masalah sosial tersebut, saya dan keluarga (ayah dan ibu) sejak akhir Februari 2012 memulai sebuah proyek bisnis sosial kecil-kecilan yang kami beri nama “Mulia Bersama” (selanjutnya akan saya singkat menjadi MB). Apa sih MB ini? Dan bagaimana sih proses kerja MB ini dalam mengatasi masalah sosial yang menurut saya cukup kompleks dan terjadi di lingkungan tempat tinggal saya?.
MB adalah sebuah proyek bisnis sosial yang kami coba bangun untuk mendidik warga sekitar Kampung Utan Jaya khususnya kalangan ibu-ibu untuk bisa menabung dalam bentuk emas perhiasan. Mengapa harus emas perhiasan? Mudah saja, karena emas perhiasan merupakan barang yang sangat disukai ibu-ibu dan memiliki nilai simpan yang cukup membantu bila suatu saat nanti si pemiliknya membutuhkan uang segar untuk keperluan anak sekolah, biaya rumah sakit, dan keperluan-keperluan mendesak lainnya.
Loh tapi kan harga emas perhiasan itu cukup mahal apalagi untuk kalangan bawah, apakah mereka sanggup membelinya? Tentu saja sanggup bila emas perhiasan ini bisa dibeli dengan cara dicicil harian mulai dari harga Rp.500 hingga Rp.20.000 per hari selama setahun atau 10 bulan, sesuai dengan ukuran beratnya dan tentunya juga sesuai dengan kemampuan membayarnya.
Alhamdulillah sampai tulisan ini dibuat sudah lebih dari 200 gram emas perhiasan yang sudah didistribusikan kepada 40-an orang ibu-ibu yang menjadi nasabah MB yang sebagian besar adalah ibu-ibu yang memiliki mata pencaharian mulai dari pedagang buah, nasi uduk, tukang urut, dan lain-lain. Lalu apakah semuanya lancar dalam proses pembayaran harian? Seperti bisnis kredit pada umumnya, ada saja orang yang cukup sulit untuk ditagih bahkan cenderung ngeles, dan bila sudah seperti itu dengan sangat terpaksa emas perhiasannya kami tarik kembali. Sederhana saja, karena berarti orang tersebut mengalami kesulitan mengalokasikan dananya untuk menabung, jadi lebih baik kami tarik kembali barangnya daripada memberatkan.
Seperti bisnis pada umumnya terutama bisnis yang baru dijalankan, masalah senantiasa hadir dalam perjalanannya, begitupun dengan MB yang baru seumur jagung ini. Salah satunya adalah belum adanya pemasok dengan level distributor, kami masih mengambil barang dari toko emas yang menjual eceran sehingga harga jual kembalinya masih relatif tinggi bila dibandingkan apabila kami mengambil barang dari distributor dan bukan penjual eceran. Selain itu kami juga masih terbentur di modal yang masih sangat terbatas, banyak pesanan yang belum bisa kami layani karena memang modal yang sementara masih bersumber dari uang pensiun ayah saya sudah habis. Jadi kami harus menunggu beberapa bulan ke depan untuk kembali membeli membeli barang dan memenuhi pesanan.
Jadi bila dari pembaca ada yang memiliki link/kenalan distributor emas perhiasan, boleh banget loh kontak saya melalui blog ini supaya kami sekeluarga bisa menyediakan harga yang lebih rendah lagi bagi para ibu-ibu di kampung kami yang selama ini tidak pernah memiliki emas perhiasan dan lebih sedihnya lagi tidak pernah menabung untuk masa depan keluarganya.
Semoga manfaat dan mohon doanya semoga proyek kecil-kecilan ini bisa berkembang ke daerah yang lain, supaya korban rentenir/lintah darat tidak bertambah banyak tapi sebaliknya semakin banyak ibu-ibu yang pandai menabung dan mengelola uang pemasukannya sekaligus bisa tetap tampil cantik dengan emas perhiasannya, aammiinn.
Berikut beberapa gambarnya:
10 replies on “Membangun Bisnis Sosial Itu Seru Kawan..!!”
doni, HEBAT! :D
waduh Mbak Mim, belom ada apa2nya saya mah, masih banyak kekurangan di sana-sini :D
social entrepreneur :D
begitulah kira2… mau bantuin modal masbro? #eeaa :p
assalamualaikum,,
slam kenal,, maaf mau tnya
klo misal ada knsumen yg tdk mmpu byar dn diambil brang tsb, apakah uang cicilan sbelumnya juga dikembalikan pada konsumen??
terimaksih
mohon jwabannya
‘alaikumsalam…
iya, uang nasabah akan dikembalikan dengan sedikit potongan tentunya.
1. Emas atau perhiasan adalah investasi jangka panjang. Jadi, jika anda membeli emas hari ini, kemudian anda jual hari esok atau beberapa minggu ke depan. Maka, sudah pasti anda tidak akan mendapat hasil dari investasi tersebut.
2. Potongan seberapa kecilnya pun, tetaplah potongan. Maka, itu bukan solusi sama sekali. Jika anda berpikir untuk membangun bisnis sosial, maka anda harus berpikir mengenai bisnis yang tidak akan memberatkan penerima manfaat; karena hal konkrit yang membedakan antara bisnis komersial dan bisnis sosial, salah satunya adalah bagaimana anda membangun paradigma. Misalnya, di bisnis komersial anda harus mempertanyakan,”berapa keuntungan kita tahun ini?”. Sedangkan dalam bisnis sosial, yang harus anda pertanyakan adalah “berapa banyak persoalan sosial yang berhasil kita atasi?”.
Mohon maaf, saya tidak bermaksud menggurui anda. Tapi, saya merasa perlu berbagi pengalaman sebagai seorang pendiri yayasan (sosial) dan pribadi saya sebagai desainer komunikasi visual (komersial). Sejauh Yayasan KI berdiri, dana kegiatan kami berasal dari sebagian hasil pendapatan kerja komersial para anggotanya.
Sebelum M. Yunus mendirikan Grameen Bank, Indonesia sudah menerapkan koperasi. Lalu, apakah koperasi menjadi bisnis sosial yang paling baik? Sejauh pengamatan saya, kebanyakan model koperasi yang diterapkan adalah koperasi simpan-pinjam. Jarang sekali ada yang mendirikan koperasi serba usaha. Padahal, kewirausahaan bisa jadi solusi ekonomi-sosial yang sangat efektif.
Good luck /
waw gan keren banget
mari kita rubah bangsa ini tanpa menunggu pemeritah
hebaat…mantap idenya tuh..
keren dan inspiratif sekali