Menjadi seorang manusia memang tidaklah mudah namun juga sebenarnya tidaklah sulit, hanya saja sebagian orang menjadi takut atas pilihan hidupnya sebagai manusia karena dia tidak atau belum memiliki kesempatan untuk bisa belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Apa yang dimaksud dengan bertanggung jawab atas diri sendiri?? bila kita melihat realitas yang ada di tengah-tengah masyarakat kita sekarang adalah maraknya penipuan yang dilakukan oleh dan kepada dirinya sendiri, ya… karena makin banyak orang yang berperan sebagai pelaku sekaligus korban dalam sebuah kasus penipuan. Banyak orang yang mengaku-ngaku hebat dan cerdas dalam melakukan semua perkerjaannya, padahal dia hanya bekerja sesuai dengan peraturan yang ada tanpa ada sedikitpun tambahan ide yang keluar dari dalam kepalanya sendiri.
Banyak orang tua yang membangga-banggakan prestasi yang dicapai oleh anaknya, namun padahal anaknya sendiri tidak merasakan kepuasan apapun atas semua yang diraihnya, kenapa?? karena semua yang dia lakukan hanya sebuah bentuk ketaatan tanpa dibarengi dengan kesenangan dan keinginan seorang anak dalam melakukan sesuatu yang disukainya, inilah indikasi paling kuat bahwasanya anak Indonesia sudah dari kecil dididik untuk membohongi dirinya sendiri dengan dipaksa melakukan hal-hal yang tidak disenanginya atau bahkan hal-hal yang dibencinya namun orang tua tak ambil pusing karena prestasi tersebut sangat membanggakan dan menurut mereka dapat meningkatkan harga diri mereka sebagai orang tua.
Mungkin ini juga terjadi pada saya, namun yang saya pahami adalah orang tua saya memang pada saat itu belum mengerti akan pentingnya sebuah rasa cinta, passion, dan apapun namanya yang membuat seorang anak merasa senang dan optimal dalam mengerjakan suatu hal yang positif. Namun ada hal yang lebih saya pahami adalah bahwa orang tua saya adalah sepasang manusia yang paling mencintai saya di muka bumi ini, betapa tidak, mereka sebagai orang tua yang padahal kebanyakan diantara mereka tidak mau menerima pendapat anaknya apalagi pendapat yang jelas-jelas berseberangan, namun kedua orang tua saya berbeda, setelah pembicaraan yang coba saya bangun dari hati ke hati mengenai seperti apa kehidupan ke depan yang saya inginkan dan hal-hal apa yang saya senangi dan saya mencoba menjelaskan betapa pentingnya faktor kesenangan, ketertarikan,dll dalam menunjang sebuah kesuksesan dan berujung kepada pernyataan bahwa saya merasa tidak memiliki sebuah passion, kesenangan, atau kepuasan atas apa yang saya geluti selama 4 tahun belakangan ini.
Sungguh perjuangan yang tidak mudah dalam meyakinkan mereka akan sesuatu hal yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya, bahwa seorang Ramadoni, anak pertama mereka, memilih untuk mengadu nasib sebagai seorang wirausahawan muda, bukan sebagai perawat yang mereka harapkan selama ini. Tapi inilah hidup, akan ada saat kita harus memilih salah satu pilihan yang sulit dan sangat beresiko.
Saya pribadi merasa bahwa inilah proses belajar yang harus saya lalui sebagai seorang manusia seutuhnya yang sesungguhnya saya sendiri lahyang harus bertanggung jawab atas diri sendiri, bukan orang lain atau bahkan bukan orang tua saya yang bertanggung jawab atas diri saya.