Sudah hampir dua hari saya mempromosikan diri dan meyakinkan orang lain untuk memilih saya sebagai delegasi dari Indonesia dalam acara One Young World summit yang akan dihadiri oleh pemuda-pemuda dari 192 negara di seluruh dunia, untuk bertemu pembesar-pembesar dunia di berbagai bidang seperti Sir Bob Geldof, Kofi Anan, dan pembesar-pembesar lain yang bisa teman-teman lihat di sini, dan acara ini akan dilangsungkan pada tanggal 8-10 Februari 2010 di London.
Lu tau darimana sih Don acara-acara kayak begini??
pertanyaan itu lah yang sering saya dapatkan ketika saya mengajak teman-teman saya untuk mendukung dan memilih saya lewat link yang mengarah ke aplikasi berbasis facebook yang digunakan oleh panitia penyelenggara untuk memilih delegasi dari tiap negara. Terus terang saya mengetahui acara ini pun dari teman saya yang juga sama-sama sebagai peserta di YES2009. Sejenak saya lihat dan pelajari tentang program ini saya langsung tertarik dan segera mengalihkan arah kursor saya ke menu “enter” untuk memasukkan self-summary dan profile yang saya susun dalam waktu 10 menit saja.
Tidak seperti keberangkatan saya ke Kuala Lumpur sebelumnya pada acara Youth Engagement Summit 2009 yang bisa dikatakan hampir tidak memiliki motivasi apa-apa selain untuk menambah pengalaman ke luar negeri dan jalan-jalan tentunya, kali ini saya sudah memiliki sesuatu yang akan saya bawa dan akan saya suarakan nantinya. Hal ini pun tidak lepas dari kepergian saya ke Kuala Lumpur sebelumnya, karena di acara YES2009 saya mendapatkan pencerahan seperti yang sudah saya tuliskan di postingan sebelumnya. Berbekal hikmah yang saya dapatkan itu dan disesuaikan dengan kenyataan yang sehari-hari saya temui, saya memutuskan untuk berusaha dan berjuang untuk bisa berpartisipasi sebagai delegasi Indonesia dalam acara One Young World summit dengan membawa isu pendidikan yang sampai saat ini masih menjadi momok yang terus diperdebatkan di negeri ini.
Isu pendidikan macam apa yang akan saya bawa? mungkin ini yang akan pembaca tanyakan kepada saya. Baiklah saya akan coba menggambarkan apa yang telah saya lakukan di bidang pendidikan dan kenyataan-kenyataan apa yang saya temui sehingga saya memutuskan bahwa isu pendidikan lah yang akan saya bawa ke London. Sejak saya duduk di bangku sekolah saya sudah senang mengajari teman-teman lain pelajaran yang saya sudah pelajari lebih dulu di rumah, kebiasaan ini terbawa hingga kuliah dan saya sempat dipercaya untuk ikut berpartisipasi dalam program EDUKASI yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus yang tujuannya untuk mendidik anak-anak putus sekolah di sebuah perkampungan kumuh di sekitar stasiun Depok Lama, Kota Depok, Jawa Barat.
Setelah saya lulus kuliah, hobi mengajar ini saya teruskan dengan membuka program belajar gratis di luar jam sekolah di rumah saya sendiri. Program ini diikuti oleh anak-anak usia sekolah dasar yang bertempat tinggal tidak jauh dari tempat tinggal saya sekarang di sebuah kampung yang terletak di perbatasan antara Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Kegiatan belajar di rumah ini lah yang membuat saya bertemu dengan kenyataan yang sangat menyedihkan dimana banyak siswa-siswi SD kelas 6 yang tidak hafal perkalian dan belum lancar membaca, padahal mereka sudah harus menghadapi ujian nasional sebentar lagi. Sungguh yang membuat saya bingung adalah apa saja yang mereka pelajari selama 6 tahun bersekolah, lalu kenapa mereka bisa sampai di kelas 6 SD padahal membaca saja tidak lancar dan perkalian yang seharusnya sudah hafal luar kepala di kelas 4 SD.
Karena hal tersebut saya baru sadar bahwa ada yang salah di pendidikan Indonesia, bahkan di level dasar yang sangat penting bagi perkembangan anak Indonesia selanjutnya. Bayangkan saja bila di SD saja mereka tidak memiliki fondasi yang kuat dalam membaca dan berhitung sederhana, bagaimana mungkin mereka akan mampu menghadapi pelajaran yang semakin rumit di tingkat SMP dan seterusnya. Hal ini yang membuat saya semakin semangat untuk terus memberikan pelajaran gratis di rumah saya. Namun saya juga ingin mengembangkan yang sudah saya lakukan ini menjadi lebih besar, lebih banyak bisa menjaring anak-anak di usia sekolah dasar agar mereka-mereka yang belum memiliki kesempatan untuk bersekolah bisa ikut merasakan nikmatnya mempelajari ilmu, dan pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup mereka di kemudian hari.
Lalu apa hubungannya dengan One Young World Summit?? yang pertama saya pikirkan adalah decak kagum dan harapan-harapan yang tergambar di mata anak-anak yang belajar di rumah saya ketika mereka mendengar cerita saya sepulang dari Kuala Lumpur dua hari yang lalu, entah kenapa saya merasakan semangat belajar yang menggelora di antara mereka. Saya bisa melihat keberangkatan saya ke luar negeri menjadikan murid-murid saya memiliki semangat baru, dan mereka ingin sekali suatu saat nanti bisa seperti saya bisa ke luar negeri dan hal-hal lain yang menurut mereka sudah hebat, maklum mereka hanyalah anak-anak kampung yang bahkan pergi ke pusat-pusat perbelanjaan pun belum pernah. Saya menjadi berpikir bahwa, semakin saya menjadi orang yang lebih hebat dan dapat melakukan pencapaian-pencapaian tertentu, lalu pencapaian prestasi tersebut saya ceritakan ke mereka, maka motivasi anak-anak tersebut dalam belajar akan semakin tinggi dan otomatis akan membuat mereka menjadi anak bangsa yang penuh dengan harapan dan cita-cita. Oleh karena itu saya sangat ingin pergi ke London dengan mengikuti acara ini, untuk menambah semangat belajar anak murid saya di rumah dan membuktikan pada mereka bahwa segala sesuatu dapat digapai apabila kita sudah memiliki ilmu, bukan hanya uang.
Kedua karena saya ingin sekali yang sudah saya perbuat ini menjadi lebih besar, maka saya perlu membangun jaringan seluas-luasnya kalau perlu sampai ke luar negeri karena biasanya malah orang-orang di luar Indonesia yang begitu peduli terhadap nasib pendidikan bangsa ini ketimbang pemerintahnya sendiri. Bila saya terpilih menjadi delegasi Indonesia nanti, saya akan sebisa mungkin menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membantu saya dalam mengembangkan sebuah bentuk penyedia pendidikan murah atau bahkan gratis yang bersifat profesional dan bukan lagi sambilan yang dapat memberikan kualitas pendidikan terbaik untuk anak bangsa, terutama mereka yang kurang beruntung secara finansial namun memiliki potensi yang bagus.
Memang bukan hal besar yang ingin saya bawa ke sana, namun dari pendidikan dasar ini lah semuanya berawal. dan dengan pondasi dasar yang kuatlah sebuah bangunan bisa bertahan lama bahkan tahan dari gempa, begitupun kualitas pendidikan kita seharusnya. Dengan pendidikan dasar yang kuat diharapkan tingkat pendidikan selanjutnya dapat dibangun dengan lebih kokoh dan pada akhirnya menghasilkan generasi penerus yang berkualitas tinggi untuk bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Wah Adzan udah memanggil nih, waktunya menyudahi tulisan ini…
pada intinya semua tergantung pilihan pembaca, bila berkenan pembaca bisa mendukung saya dengan cara memilih/vote saya lewat link berikut
http://apps.facebook.com/oywcandidates/entry/1071/
untuk yang sudah vote saya ucapkan terima kasih banyak, dan bagi yang belum.. tuh ada diatas linknya… (haha)
12 replies on “Ada apa dengan One Young World??”
Saya ucapkan salut atas semangat & pengabdianmu pada masyarakat, semoga apa yang anda impikan tercapai, salam kenal dari saya.
ya, sering2 jalan2 ke luar negeri. jangan lupa oleh2nya ya… (goodluck)
btw, pertanyaan yang sama dg yg dilontarkan pada mbak luviemelati: kok bisa emot2 plurk pindah kemari???? ajarin dunks…
Semoga terpilih! (bigsmile)
hajar bleh… canggih lu don, kali aja dapat jodoh orang bule (evil_grin)
Maju terus doni..!
wah…..hebat bgt ney ya doni, seneng dengernya. salut 2….gudlak ya, smoga smuanya b’jalan lancar,amin……boleh ney ngajak2 klo ada acara2 t’kait peningkatan pendidikan gitu.
@Sopian Hadi: salam kenal juga, amiiinn semoga tercapai
@Khanifa : kalo situ pakenya wp yg selfhosting bisa deh install pluginnya biar emotnya jadi mplurk semua, udah saya buatin…
@Dhodie : makasih bang doanya, Alhamdulillah sudah terpilih, tinggal usaha nyari sponsornya
@Dul : wakakaka, kurang sreg ah sama mindset-nya orang bule dalam pernikahan, tapi kalo bule muslim yg cihuy Akhlak dan Aqidahnya boleh juga, (haha)(haha)
@Ria Ulina : semoga kakak sukses juga… (rock)
@Idha : yap nanti diajak deh, btw ini Idha mana yah?? (tongue)